首页 > 综合
Meraba Braille, Membaca dan Menulis Dalam 'Kegelapan'
发布日期:2025-06-08 05:44:41
浏览次数:803
Jakarta,?quickq CNN Indonesia--

You are never too old to learn...

Meraba Braille, Membaca dan Menulis Dalam 'Kegelapan'

Kalimat ini rasanya cocok disematkan kepada Enden yang kini genap berusia 55 tahun. Di usia senjanya, Enden bersikukuh ingin belajarhuruf braille agar bisa tetap membaca buku dan juga membaca Al-Quran.

"Saya jujur ya memang ingin sekali belajar. Ini Alhamdulillahakhirnya sudah bisa belajar walaupun baru sekali ini," kata Enden saat berbincang dengan CNNIndonesia.com akhir 2023 lalu, tepatnya di bulan Desember, hari pertama Enden dikenalkan dengan huruf latin braille.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di tahun awal mulai kehilangan penglihatan, dia fokus mengobati rasa sakit akibat penyakit glaukoma yang terasa di hampir seluruh tubuhnya. Enden pun menunda niatnya untuk belajar baca huruf braille.

Kini, yang tersisa dari glaukoma hanya penglihatannya yang hilang tanpa rasa sakit di tubuh, tekad Enden pun makin kuat buat belajar. Dia kini resmi menjadi satu dari puluhan murid braille di Yayasan Mitra Netra yang memang terdiri dari berbagai usia.

Selain itu, rasa bosan dan suntuk karena hanya menghabiskan waktu di rumah membuatnya makin bertekad untuk belajar braille. Katanya, kalau sudah paham braille, dia bisa membunuh waktu dengan membaca buku menggunakan jari-jarinya.

"Ya saya kan ingin bisa baca lagi. Rasanya bosan kalau diam saja tanpa kegiatan. Selain itu saya juga ingin bisa ngaji lagi," katanya.

Ingatan dan sentuhan

Belajar braille bukanlah perkara mudah. Apalagi dilakukan di usia senja seperti Enden yang usianya sudah setengah abad lebih.

Maklum saja, braille bukan hanya memanfaatkan jari jemari. Daya ingat juga ikut andil dalam proses belajar huruf ini.

Di hari pertama Enden belajar braille, dia baru dikenalkan dengan 10 huruf dari A sampai J. Perkenalannya pun bukan untuk jari atau indera peraba, melainkan daya ingatnya.

Lihat Juga :
HARI BRAILLE SEDUNIAHari Braille Sedunia, Sebuah Warisan bagi Difabel Penglihatan

"Tantangannya ya itu, kalau masih muda ingatannya pasti tajam jadi gampang menghafalnya. Saya malah ini sudah tua jadi sudah pikun, pusing ngingat-ngingatnya," kata Enden.

Walau kesulitan, Enden mengaku tak ingin menyerah. Dia tak mau kegelapan membuatnya lupa cara membaca.

Kata dia, sesulit apapun huruf braille, bisa membaca tanpa menyusahkan orang sekitar adalah tujuan yang ingin dicapainya.

"Saya gakenak kalau minta anak terus buat bacain buku. Jadi saya harus belajar biar bisa baca sendiri. Bisa ngaji lagi, baca buku lagi, begitu," katanya.

Bukan titik di alphabet

Orang awam mungkin mengira huruf braille adalah alfabet yang diberi titik-titik timbul. Tapi ternyata bukan begitu, huruf braille adalah aksara latin yang diberi simbol titik timbul yang mudah dikenali jari jemari dengan beberapa simbol titik sebagai pembedanya.

Kepala Bagian Humas Yayasan Mitra Netra, Aria Indrawati mengatakan huruf braille adalah sistem tulisan sentuh yang digunakan tunanetra. Jadi bukan huruf yang diberi titik timbul, melainkan ada sistem khusus yang diciptakan untuk memudahkan tunanetra mengenali huruf dan bisa membaca.

"Ada sistemnya. Jadi jangan salah paham. Kami menggunakan huruf braille itu pakai simbol titik yang dipadukan dengan huruf latin," kata Aria.

Lihat Juga :
Permudah Penumpang Tunanetra, Kini Ada Huruf Braille di Pesawat

Para murid di Mitra Netra akan diajarkan bagaimana mengingat huruf, membaca, dan menulis. Alat tulis yang digunakan untuk menulis braille juga bukan pulpen dan kertas biasa, alat ini khusus. Digunakan untuk menciptakan huruf timbul.

"Namanya riglet. Ada kotak enam baris di situ untuk menciptakan tulisan timbulnya," kata Aria.

Selain riglet, kertas yang digunakan juga merupakan kertas khusus berukuran lebih tebal. Gunanya agar tulisan bisa timbul tanpa melubangi kertas.

Metode belajar khusus

Adi Arianto, Konselor sekaligus pengajar huruf braille di Yayasan Mitra Netra punya metode sendiri dalam mengajari braille setiap kali bertemu murid. Apalagi, dia sudah belasan tahun mengajarkan braille pada murid dari berbagai kalangan dan usia.

"Ada yang masih SD, ada yang remaja, ada yang baru 20 an, banyak juga yang sangat senior, lebih tua dari saya. Usia-usia 50-60 an," kata Adi.

Biasanya Adi akan menyuruh murid-muridnya menghafalkan 10 huruf pertama yakni dari A-J. Bisa dibilang, 10 huruf pertama ini adalah cikal bakal titik-titik yang ada di braille.

"Kalau sudah hafal yang 10, maka ke huruf lain lebih mudah. Karena huruf lain itu hanya modifikasi saja," katanya.

Kata Adi, huruf braille sendiri disusun menggunakan enam titik timbul. Posisi titiknya vertikal dengan dua titik-titik horizontal, mirip kartu domino.

Lihat Juga :
Yunani Ingin Turis Difabel Juga Bisa Nikmati Acropolis

Penempatan enam titik ini masing-masing, tiga titik di bagian kiri dan tiga titik di bagian kanan. Sebagai contoh, Adi menjelaskan saat titik terisi pada bagian paling atas tepatnya di bagian kiri, ini merupakan simbol huruf A. Sedangkan jika dua titik teratas pada bagian sebelah kiri terisi maka merupakan simbol huruf B.

"Cara kerjanya sebenarnya mudah, asal bisa hafal 10 huruf pertama yakni A-J dulu," kata dia.

Selain membaca, para murid juga harus bisa menulis huruf braille. Braille tidak ditulis dengan pena dan kertas biasa, melainkan menggunakan alat khusus yang disebut riglet.

Riglet ini terdiri dari papan dengan kota dan lubang mirip penjepit kertas dan jarum untuk menusuk kertas tapi jangan sampai bolong.

"Menulis dan membaca huruf braille juga tidak sama. Orang yang penglihatannya sehat menulis dari kiri membaca pun dari kiri. Kita beda. Jadi ada sisi negatif dan sisi positif," kata.

Sisi positif dan sisi negatif ini maksudnya adalah titik penulisan dan titik membaca huruf braille. Huruf braille ditulis dari arah kiri atau sisi negatif, kemudian kertas akan dibalik dan dibaca dari sisi positif atau arah kanan.

Selain itu, huruf braille tidak memiliki huruf kapital. Untuk membedakannya akan diberi titik di depan huruf yang akan dijadikan huruf kapital.

Braille juga tidak hanya terdiri dari huruf A-Z, braille juga terdiri dari simbol matematika, huruf hijaiyah, not balok, dan juga berbagai aksara dalam bahasa di tiap negara.

"Tidak hanya aksara latin seperti A-Z. ada banyak jenis braille. Ada Arab, ada Korea, macam-macam. Karena begini orang buta ada dimana-mana, orang buta juga punya hobi macam-macam. Maka braille pun jenisnya harus macam-macam," kata Adi.

Saat ini, bagi Adi yang sudah kehilangan penglihatan sejak kecil mengajar braille sudah jadi bagian dari hidupnya. Dia tak kenal lelah, tetap setia menerima murid-murid dari berbagai usia yang ingin membaca di tengah kegelapan.

"Karena saya tahu sampai kapanpun, meskipun teknologi audio sudah banyak untuk tunanetra, tapi braille akan tetap lestari. Karena bagaimana juga baca tulis manual akan dan pasti akan selalu dibutuhkan," katanya, menutup perbincangan sore itu.

上一篇:Donald Trump Tutup USAID, Menkes Budi Gunadi Ungkap Dampaknya Bagi Indonesia
下一篇:Tak Ada Susu di Menu Program MBG, Menko Zulhas Bilang Begini
相关文章