首页 > 百科
Stimulus Rp24 Triliun Tak Cukup Dongkrak Daya Beli, Investor Disarankan Lakukan Ini
发布日期:2025-06-13 23:32:28
浏览次数:403
Warta Ekonomi,quickq官网app Jakarta -

Pemerintah mulai merealisasikan stimulus fiskal jilid II senilai Rp24,44 triliun pada Juni–Juli 2025 untuk mendorong konsumsi rumah tangga dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun, analis menilai langkah ini masih belum cukup untuk membalikkan pelemahan daya beli masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I-2025 hanya 4,87% secara tahunan (year-on-year), level terendah dalam tiga tahun terakhir di luar masa pandemi. Meski terdapat momen Ramadan dan Idulfitri, serta stimulus berupa diskon listrik dan subsidi transportasi, konsumsi rumah tangga tetap lesu.

Stimulus Rp24 Triliun Tak Cukup Dongkrak Daya Beli, Investor Disarankan Lakukan Ini

Stimulus Rp24 Triliun Tak Cukup Dongkrak Daya Beli, Investor Disarankan Lakukan Ini

“Kontribusi konsumsi terhadap PDB memang besar, 54,53%, tapi pertumbuhannya hanya 4,89% yoy. Artinya, tekanan daya beli masih tinggi,” ujar Stefanus Dennis Winarto, Chief Investment Officer PT Inovasi Finansial Teknologi (Makmur), Jumat (13/6/2025).

Stimulus Rp24 Triliun Tak Cukup Dongkrak Daya Beli, Investor Disarankan Lakukan Ini

Baca Juga: DANA Gandeng Trimegah Sekuritas, Fasilitasi Pembelian SBN untuk Milenial dan Gen Z

Stimulus Rp24 Triliun Tak Cukup Dongkrak Daya Beli, Investor Disarankan Lakukan Ini

Data Bank Indonesia turut menunjukkan adanya pergeseran perilaku konsumsi masyarakat. Proporsi pengeluaran konsumsi turun dari 75,3% menjadi 74,8%, sementara alokasi untuk tabungan naik dari 13,8% ke 14,8%. Selain itu, pertumbuhan kredit konsumsi melambat dari 9,2% menjadi 8,9% yoy.

Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah pengangguran per Februari 2025 naik menjadi 7,28 juta orang, bertambah sekitar 83 ribu dibanding tahun sebelumnya. Ditambah dengan deflasi 0,37% pada Mei, hal ini menandakan lemahnya permintaan domestik secara umum.

“Ini sinyal bahwa stimulus yang bersifat jangka pendek belum menyentuh akar persoalan, yaitu lemahnya daya beli. Diperlukan program yang lebih menyeluruh dan struktural,” jelas Stefanus.

Baca Juga: BCA Gandeng Manulife Luncurkan Reksa Dana Dolar, Targetkan Investor Jangka Pendek

Di tengah ketidakpastian ini, ia menyarankan investor agar mengadopsi strategi defensif, misalnya melalui reksa dana pendapatan tetap yang mayoritas terdiri dari obligasi pemerintah dan korporasi.

“Instrumen seperti ini lebih stabil dan cocok menghadapi situasi pasar yang fluktuatif,” imbuhnya.

Selain itu, investor juga dapat mempertimbangkan reksa dana campuran untuk diversifikasi, atau reksa dana pasar uang yang mengutamakan likuiditas dan keamanan jangka pendek.

“Fokusnya bukan hanya mengejar imbal hasil tinggi, tapi menjaga ketahanan portofolio dalam jangka menengah,” tegas Stefanus.

上一篇:Hari Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan
下一篇:Penyidik KPK Geledah Ruang Kerja Anggota DPR dari PDIP
相关文章